SOLAR TECHNOLOGY FOR FISHERMEN: SOLUTION OR CHALLENGE SEBAGAI TEKNOLOGI UNTUK NELAYAN

Minggu, 9 Februari 2025

Subang Detik Akurat News, – Dalam upaya mengatasi permasalahan penyimpanan hasil tangkapan ikan yang seringkali terbuang sia-sia akibat keterbatasan alat penyimpan, Pemprov Jawa Barat bekerja sama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) memperkenalkan Mobile Cold Storage (MCS) bertenaga surya. Teknologi ini diharapkan mampu membantu nelayan di Subang untuk menyimpan ikan lebih lama, menjaga kualitas, dan menstabilkan harga pasar.

MCS ini mampu mendinginkan hasil tangkapan ikan hingga suhu -5°C, dengan kapasitas penyimpanan tiga ton ikan. Memanfaatkan energi surya, MCS dirancang untuk mengurangi ketergantungan nelayan terhadap penggunaan bahan bakar fosil yang mahal dan berisiko. Namun, meskipun teknologi ini menawarkan potensi besar, tidak sedikit pihak yang mempertanyakan kesiapan nelayan dalam mengelola teknologi ini dengan efektif.

Tantangan Kesiapan Pengguna

Meskipun MCS menjanjikan efisiensi dan pengurangan biaya operasional, tantangan terbesar yang dihadapi nelayan adalah kesiapan mereka dalam mengelola teknologi ini. Banyak nelayan yang belum sepenuhnya memahami cara kerja teknologi ini, serta bagaimana memanfaatkannya untuk mengelola hasil tangkapan dengan lebih optimal. Selain itu, modal awal yang dibutuhkan untuk mengadopsi teknologi semacam ini juga menjadi hambatan, mengingat kondisi finansial nelayan yang belum stabil.

Pendampingan dan Strategi Pemasaran

Menurut sejumlah ahli ekonomi kelautan, teknologi tanpa pendampingan dan strategi pemasaran yang jelas dapat menjadi beban tambahan bagi nelayan. Oleh karena itu, selain memperkenalkan teknologi baru, penting untuk menyertakan program pendampingan intensif agar nelayan tidak hanya tahu cara menggunakan teknologi ini, tetapi juga bagaimana mengelola hasil tangkapan secara efisien dan memperkenalkan mereka pada pasar yang lebih luas.

“Kami memahami bahwa teknologi ini bisa sangat bermanfaat, namun tanpa pengelolaan yang tepat, teknologi seperti ini justru bisa menjadi masalah baru. Oleh karena itu, selain alat, pendampingan dan edukasi ekonomi juga harus menjadi bagian dari solusi,” ujar Bey Machmudin, Penjabat Gubernur Jawa Barat.

Pemerintah Provinsi Jawa Barat berencana untuk terus menggandeng koperasi nelayan dan pihak swasta dalam memperkenalkan teknologi ini. Dengan memberikan pelatihan manajerial dan pendampingan pasar, diharapkan nelayan dapat mengelola hasil tangkapan mereka dengan lebih baik, serta mengurangi resiko kerugian yang dapat timbul akibat fluktuasi harga pasar.

Sebagai bagian dari inisiatif ini, Pemprov Jawa Barat juga akan terus melakukan monitoring terhadap efektivitas penggunaan teknologi ini di lapangan, untuk memastikan bahwa teknologi seperti MCS dapat memberikan dampak positif yang berkelanjutan bagi ekonomi nelayan.

Kegiatan ini juga dihadiri oleh sejumlah tokoh penting,

Bey Machmudin, Penjabat Gubernur Jawa Barat (Januari 2025 – Sekarang), Prof. Brian Yuliarto, Wakil Rektor ITB (2023 – Sekarang), Ai Saadiyah Dwidaningsih, Kepala Dinas ESDM Jawa Barat (2023 – Sekarang), Dasam, Ketua KUD Mina Fajar Sidik

Selain itu, kegiatan ini juga dihadiri oleh perwakilan dari berbagai lembaga dan instansi, di antaranya,

FSPMI (Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia),

SPMK FSPMI,

Fuel Total Systems (FTS),

Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI),

Jamkes Watch (Pengawas Jaminan Kesehatan).

Kehadiran berbagai pihak ini semakin menguatkan harapan agar teknologi ini dapat lebih efektif digunakan dan memberikan manfaat nyata bagi masyarakat nelayan.

Penulis : ywind@

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *